Konsep dan istilah narsisisme berawal dari sebuah mitologi
Yunani kuno tentang seorang pemuda tampan dari Thespian bernama Narsisus
yang ditakdirkan untuk hidup hingga ia melihat dirinya dan jatuh hati
pada citra diri yang dilihatnya.
Berdasarkan mitologi tersebut berkembanglah konsep narcisism
(dalam tulisan ini penulis menggunakan kata: narsisisme) yang pada
mulanya digunakan untuk menggambarkan orang yang jatuh cinta dengan
citra dirinya sendiri atau suatu bentuk hukuman bagi orang-orang yang
tidak dapat mencintai orang lain. Pada tahun 1899, Paul Nacke, seorang
psikiater berkebangsaan Jerman menggunakan istilah Narcismus yang
merujuk pada “attitude of a person who treats his own body in the same way as otherwise the body of sexual object is treated.
”. Dengan perkataan lain , seseorang mengalami kenikmatan seksual pada
saat menatap, membelai dan mencintai tubuhnya. Konsep narsisisme dari
Nacke inilah yang kemudian menjadi dasar bagi konsep narsisisme yang
digunakan oleh Freud (1914). Dalam perkembangannya, pemahaman narsisisme
dalam teori Freud tidak hanya mengenai perilaku abnormal dalam
kehidupan seksual individu, tetapi lebih menekankan pada instink untuk
melindungi diri sendiri (self perseveration) yang ada pada setiap makhluk hidup.
Freud (1914) menggambarkan konsep narsisisme dalam teorinya mengenai metapsikologi (metapsychological). Konsep ini digunakan untuk menggambarkan tahapan perkembangan libido normal antara tahap autoerotik (autoeroticism) dan object love.
Narsisisme timbul ketika libido (energi psikis) diinvestasikan untuk
memenuhi kepuasan diri sendiri sehingga ada ketidakmampuan untuk
menginvestasikannya kepada orang lain atau demi kepentingan orang lain.
Perilaku yang muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat sebagai
rasa cinta diri (self love) yang berlebihan.
Selanjutnya, di bidang klinis, Freud (dalam Raskin & Terry, 1988)
menggunakan konsep narsisime dalam kategori diagnostik untuk
menggambarkan fenomena perilaku sebagai berikut :
- Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, misalnya cinta terhadap diri sendiri (self love), mengagumi diri sendiri (self admiration), membesar-besarkan diri sendiri/ perilaku ekspansif (self aggrandizement)
- Kerentanan self esteem seseorang yang meliputi ketakutan akan kehilangan cinta dan ketakutan akan kegagalan
- Orientasi pertahanan diri yang meliputi megalomania, idealisasi, penyangkalan (denial) dan proyeksi
- Kebutuhan untuk dicintai, memenuhi diri sendiri (self sufficiency) dan kebutuhan untuk menjadi sempurna
- Dalam hubungan dengan orang lain memperlihatkan sikap yang menunjukkan bahwa dirinya “lebih” dari orang lain
Setiap manusia memiliki 2 bentuk objek seksual yaitu : diri mereka
sendiri dan wanita yang merawatnya. Selanjutnya, Freud membuat postulat
mengenai narsisisme primer pada setiap orang dimana di kemudian hari
akan dimanifestasikan melalui dominasi pemilihan objek (object-choice) cinta.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/narsisisme
No comments:
Post a Comment